Kamis, 02 Mei 2013
Mengasah Kepekaan Nurani Melalui Pendidikan Karakter
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Salam
sejahtera bagi kita semua .
Kepada
Bapak dan ibu guru yang saya hormati dan kepada rekan-rekan senasib,
seperguruan, dan seperjuangan yang saya cintai.
Sebelumnya
mari kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat allah SWT yang telah
menuangkan rahmat, hidayah, serta inayahnya kepada kita semua sehingga kita
dapat bertatap muka diruang yang teduh, nyaman dan tenteram ini dalam keadaan
sempurna tanpa kurang suatu apapun.
Tak
lupa shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan nabi
besar Nabi Muhammad SAW yang senantiasa kita tunggu syafaatnya hingga akhir
zaman .
Pada
kesempatan kali ini saya akan menuturkan serangkaian kata yang bertemakan
“Mengasah Kepekaan Nurani Dengan Pendidikan Karakter.”
Sebelumnya,
sudah tahukah anda apa itu nurani dan karakter ?
Nah,
kini saya akan menguak tabir di balik
kata nurani. Nurani bukanlah rumus logaritma yang berpangkat ataupun rumus
ankutansi yang menggunakan miliyaran nominal,rumit, bukan, itu bukanlah nurani
. Nurani berarti cahaya. Hati sendiri berasal dari bahasa arab yaitu “qalbu”.
Menurut sebagian pendapat “qalbu” itu memiliki dua pengertian, yang pertama,
“qalbu” berarti organ dalam, seperti organ hati dan jantung, dan
saudara-saudaranya seperti limpa dan paru-paru. Kedua, “qalbu” yang bersifat
rohaniyah, tempat segala menempelnya perasaan dan batin.
Dewasa
ini sering kita dengar masyarakat berkata “makan hati nih, gundah, galau, dan
kawan-kawannya,” konteks yang dimaksud bukan makan hati yang dimasak segala
macam rupa, seperti semur, rica-rica, bukan, bukan itu. Namun yang dimaksud
adalah perasaan batin yang melewati mata, hidung, telinga, mulut,dan semua
anggota badan, lalu terekam otak, dan bermuara di hati yang mengarah pada alam
nyata (‘alamus syahadah). Itulah yang dimaksud nurani.
Di
dalam al qur’an surat al qiyamah;14-15 telah disebutkan
“Bahkan manusia menjadi saksi atas
dirinya sendiri, dan meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya,”
sudah jelas bukan? bahwasannya allah dapat
melihat apapun yang nampak maupun tak nampak dari dalam diri manusia. Allah
telah meniupkan cahaya ke dalam hati kita sehingga kita dapat mendeteksi batin
dalam radius yang jauh sekalipun. Jika di sangkut pautkan, maka hati sama
dengan mata batin atau akal sehat. Hal tersebut yang terkadang membuat hati
manusia tidak konsisten. Sebenarnya mata batin kita telah melihat namun akal
pikiran kita takut menyampaikan dan berusaha menutupi dengan kebohongan yang
justru akan menggerogoti hati itu sendiri.
Qalbu,
nurani, ataupun hati memiliki kekuatan yang bermacam, kadang ia temperamental, fluktuatif,
emosional, dan pasang surut yang dipengaruhi syahwat. Untuk mencegah perubahan
drastis dari hati itu sendiri diperlukan pendidikan, pengarahan, ataupun
pembimbingan.
Dari
rangkaian kata tadi hanya memaparkan mengenai nurani. Kini kita paparkan
pengaruh pendidikan karakter terhadap nurani. Karakter bukanlah kepribadian.
Kepribadian dalam diri manusia memiliki 4 tipe, yaitu :
1.
Koleris
Tipe ini bercirikan
suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan, dan dia menjadi bos atas
dirinya.
2.
Sanguinis
Tipe ini bercirikan
suka hal-hal yang praktis, selalu bahagia dan ceria, suka sekali dengan
kegiatan sosial dan bersenang-senang
3.
Pleghmatis
Tipe ini bercirikan
suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka perubahan medadak, teman
bicara yang enak, dan menyukai hal pasti
4.
Melankolis
Tipe ini bercirikan suka dengan hal
detil, menyimpan kemarahan, perfection, suka instruksi yang jelas, dan kegiatan
rutin sangat disukai.
Dari penjabaran tadi adalah mengenai
kepribadian. Hakekatnya kepribadian tidak sama dengan karakter. Lalu bagaimana
dengan karakter ? Saat manusia belajar mengatasi kelemahannya dan memperbaki
kelemahannya lalu memunculkan kebiasaan yang baru yang lebih baik itulah yang
dimaksud karakter.
Lalu, apa hubungan pendidikan karakter
dengan kepekaan nurani ? Jelas
berhubungan. Dimana hati yang mengontrol emosional sesorang atau biasa disebut
mud, niat/minat sebelum kita melakukan sesuatu hal yang berkarakter. Hati
nurani akan nampak atau terpancar dalam sebuah perilaku. Supaya menghasilkan
karakter yang bagus maka kita harus membenahi tatanan hati. Menata hati bukan dengan
rumus tata nama kimia, namun dengan pendidikan karakter, baik itu formal maupun
informal.
Hal yang paling utama dalam
pendidikan karakter demi kepekaan hati adalah keluarga, dimana kita dapat
mencurahkan segala hal baik dari mata ke mata hingga hati ke hati .
Konsep
Birrul
Walidaini Ikhsan, berbakti kepada orangtua . Karena merekalah yang
senatiasa menginfluens otak, hati, dan pikiran dengan segala hal yang baik
sehingga dapat menghasilkan karakter yang baik.
Berkat
allah dan orangtua lah kia dikaruniai hati yang murni, suci, sejati, sempurna,
dan abadi.
Kata-kata
terakhir yang ingin saya ukirkan,
“
Mungkin kamu tidak bisa mengendalikan keadaan, tetapi kamu dapat mengendalikan
pikiranmu.
Pikiran
positif akan mengantarkan pada tindakan positif, dan tindakan positif akan
mengantarkan pada hasil yang positif. “
Tetap
benahi hati jika kau ingin memiliki karaktek yang berpribadi .
Cukup
sekian rangkaian kata yang dapat saya tuturkan, kurang lebihnya saya mohon
ma’af, karena kesalahan semata bermuara pada manusia dan kesempurnaan hanya
bermuara pada Allah SWT semata.
Akhiru
kalam, wabillahitaufik wal hidayah, wassalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
Salam
nurani berkaraktek.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Maaf kalo promosi, tapi cara yang sedikit kena ke hati mungkin ESQ.... pernah ngikutin acara itu dan emang menarik sih haha :D visit ya www.ipb.ac.id
Posting Komentar